Hakikat Menulis

Aho- siapapun bisa menulis atau mengarang. bukan bakat yang menentukan seseorang dapat dengan lanyah memainkan pena nya menuliskan kata-perkata, kalimat-perkalimat, paragraf-perparagraf, namun minat, antusiasme, dan kesanggupan yang tinggi untuk terus berlatih.

Poin yang menurut saya penting ialah 'sebelum memulai sesuatu, pelajarilah terlebih dahulu'. sama halnya dengan kegiatan lain ketika kalian ingin bisa bersepeda, kalian harus terlebih dahulu belajar berjalan. Ketika kalian ingin ahli bercinta bermotor, ya seyogianya kalian harus menguasai sepeda terlebih dahulu. Sungguh, hanya Indomie lah yang instan bambank!. ndak perlu belajar memasak, anak ingusan pun dapat dengan mudah membuatnya.

Dalam hal ini yaitu menulis, sudah barang tentu kalian harus menyukai membaca. Ya aneh bin ajaib, ketika kalian ingin karya kalian dibaca banyak orang tetapi kalian sendiri ndak mau dan males baca karya milik orang. Mulai lah menyukai bacaan apapun itu, esai, cerpen, artikel, makalah, berita, bahkan novel. dengan membaca, otak kalian akan 'menabung' untuk kemudian kalian ekspresikan melalui tulisan kalian.

Ketika seseorang mulai menulis hingga menyelesaikan satu topik permasalahan secara runtut dan sistematis. mungkin tulisan tersebut tidak akan mendekati runtut dan bahkan sistematis. malah tulisan tersebut akan mawut semrawut ora karuan dan kosong. tapi itu tidak jadi masalah, seperti yang saya katakan diatas, perlu antusiasme, dan kesanggupan tinggi untuk terus berlatih.

 "belum pernah jatuh, berdiri pun tak kenal". memang 'luka' lah yang membuat manusia (katakan lah secara harafiah) untuk terus bangkit berjuang.

Berbangga lah karena kalian sudah berhasil menyelesaikan mahakarya pertama kalian. tidak bagus itu suatu kepastian, tapi pantang menyerah itu suatu keharusan. mangkanya  terus membaca dan teruslah menulis.

Jika kita luangkan waktu kita untuk berpikir sejenak, kegiatan literasi (membaca maupun menulis) ini bahkan hampir tidak ada kerugian nya sama sekali. yang benar saja, menurut Graves (1978) yang melakukan penelitian tentang pembelajaran menulis, menyampaikan bahwa menulis bermanfaat untuk mengembangkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan kepercayaan diri dan keberanian dan banyak lagi manfaat lainnya.

Kegiatan literasi yang kurang diminati ini justru memberikan dampak yang sangat positif juga pada perkembangan kemajuan suatu bangsa. sebagai contoh Finlandia yang sangat membudayakan masyaraktnya untuk membaca, lantas sekarang menjadikan Finlandia negara nomor satu dalam pendidikan. lagi, jepang, negara yang otentik dengan bunga sakuranya ini mampu bangkit setelah keterpurukan karena pemerintah nya menggalakkan budaya membaca. tak heran, ketika kalian naik densha atau shinkansen, kalian akan melihat beberapa orang duduk dengan membaca buku. itulah ciri masyarakat yang membuat maju bangsa nya.

Dengan pengalaman membaca yang kalian aplikasikan dalam sebuah tulisan entah cerpen, esai, artikel, makalah tak terasa akan membuka 'jendela' akal sehat kalian sehingga kalianpun dapat membedakan mana berita hoaks mana berita yang verified. yah, tipikal masyarakat indonesia yang mudah termakan hoaks. ya tau lah yaa penyebabnya apa

Minat baca rendah. 

Maka dari itu teruslah berlatih wahai kalian yang sedang berusaha menulis. saya juga kok. untuk ukuran saya yang nulis artikel ini dengan semampunya, memang terkesan sok tahu. namun saya tahu diluar sana ada yang sedang frustrasi dan berhenti mencoba. saya hanya ingin mengimbau kalian agar terus berusaha dan tak pupus ditengah jalan. ingat! menulis itu tidak sekali langsung jadi. mungkin puluhan bahkan ratusan pengalaman untuk membuat kalian lanyah.

Sebagai informasi, penerbitan buku diindonesia terbilang sangat sakit. kurang dari 18.000 judul buku per tahun nya!. ini sangat rendah bila dibandingkan dengan Jepang yang 40.000 judul buku per tahun, India 60.000 judul buku per tahun, Cina sekitar 140.000 judul buku per tahun.

Telisik demi telisik hal ini disebabkan karena dua faktor. yang pertama minat baca dan daya beli. masyarakat Indonesia yang umumnya nggk 'doyan' baca. otomatis akan berdampak pada minimnya proses penulisan tersebut. yang kedua karena harga per judul buku di Indonesia terbilang mahal, sebagian masyarakat akan tak rela melepaskan uang nya hanya untuk membeli sebuah 'tulisan'.

Telisik demi telisik yang lebih dalam lagi, peran pemerintah dalam menggiatkan masyarakatnya sangatlah krusial. minat baca yang rendah dapat diatasi apabila pemerintah gencar berkampanye tentang pentingnya budaya baca. pemerintah juga dapat menurunkan mahalnya pajak kertas untuk setiap cetakan buku, honorarium untuk penulis buku, agar harga buku bisa lebih terjangkau.

Namun, kenyataannya berbeda. mereka tak terlalu memedulikan sektor yang bonafit untuk kemajuan bangsa ini. pada akhirnya hanya individual lah yang menggiatkan kegiatan literasi. kalaupun ada kurikulum disekolah untuk literasi, rasanya sangat tidak berguna, karena hanya pelengkap formalitas saja. dimana muncul anggapan "ya kalau anak sekolah ya harus rajin rajin baca dong" yang dalam realisasi nya mereka si pihak sekolah tak begitu menenkankan kegiatan tersebut. siswa hanya perlu untuk berkunjung ke perpustakaan daerah untuk kegiatan literasi, lantas tak pernah setidaknya 'mengkampanyekan' pentingnya literasi ini. paling-paling setelah selesai berkunjung, para siswa juga tidak sedikitpun nyantol pada buku.

Hey tayo pak, kadang minat itu muncul karena ada dorongan dari orang lain. misalnya seorang pemain basket professional yang dulunya hanya bocah lugu yang tak bisa megang bola. tapi karena ia diperkenalkan dengan bola dan basket, lalu ada yang melatihnya, maka muncul lah potensi terpendam darinya.

Menulis bukan sekadar menghias kertas dengan tinta. tapi dari sebuah tulisan, dapat terlihat keindahan bagi orang yang membacanya.

#happyreading

Komentar

Postingan Populer